Benarkah Jumlah Gay di Arab Saudi 46%?

Cammel Setelah hampir setahun, seperti janjiku di artikel Arab Saudi, membenci homosexual tapi memfasilitasi prakteknya, sekarang aku ingin menuliskan statistik tentang jumlah gay di Arab Saudi.  Sungguh sangat sulit mendapatkan jumlah pasti kaum gay terutama dari negara-negara Arab.  Tapi aku menemukan sebuah video di Youtube yang berjudul “46 % of saudi capital are gays Islamic tv report”.  Video ini hanya potongan interview pembawa acara sebuah stasiun televis Arab Saudi dengan seorang perempuan peneliti tentang hasil studi seksualitas.  Informasi yang kudapat sebenarnya sangat terbatas karena aku tidak paham bahasa Arab yang digunakan dalam wawancara tersebut.  Aku hanya mengandalkan subtitle terjemahannya yang itu pun sangat terbatas karena penterjemahnya hanya yang menterjemahkan informasi yang dianggap penting saja

Hasil studi ini pasti sangat mengejutkan bagi banyak orang, pun bagiku, awalnya.  Tapi setelah mempelajari kondisi dan sebab akibatnya, data itu masuk akal juga.  Btw, studi ini dilakukan oleh Kepala Rumah Sakit Angkatan Bersenjata Dr. Inam Al Rabie, Institusi resmi Kerajaan Arab Saudi.  Berikut data dalam video tersebut:

Studi trakhir dilakukan terhadap mahasiswa universitas Saudi Arabia dengan hasil adalah lebih dari 23% mereka telah mengalami pelecehan sexual atau perkosaan saat anak-anak.  Angka ini nyaris seperempat dari populasi.  62% dari mereka mengakui bahwa pelaku pelecehan sexual ini adalah anggota keluarga mereka sendiri.  16% diperkosa oleh sanak-saudara, 5% oleh saudara kandung (lelaki/perempuan), 2% oleh guru dan 1% oleh orang tua.  Kasus perkosaan ini tidak pernah diceritakan korban pada siapa pun.

Data lain mengatakan; yang menganggap dirinya homosexual adalah 46% pelajar di Riyadh dan 25% pelajar di Jeddah.  Dr. Inam Al Rabie telah memperingatkan betapa mencemaskan kondisi tersebut di tahun-tahun mendatang.  Juga, Departemen Sosial Arab Saudi mengatakan betapa berbahayanya situasi seperti ini bila dibiarkan.

Ada beberapa komentar yang tidak setuju dengan data tersebut – sepertinya dia warga Arab Saudi – katanya, bahwa data itu hanya survey di university dan tidak menggambarkan kondisi Riyadh yang sesungguhnya.  Hasil survey itu terlalu dilebih-lebihkan.  Maksudnya adalah bahwa populasi gay di Arab Saudi tidak sebanyak itu.

Aku bisa mengerti apa yang dimaksud oleh orang yang berkomentar tersebut.  Seperti yang ku jelaskan di artikel sebelumnya tentang “persepsi” gay di Arab, bahwa mereka BUKAN GAY sepanjang mereka berada “DI ATAS” walaupun berhubungan dengan sesama jenis.  Orang yang di bawah “man willing to be penetrated” itula yang gay.  Jadi, selagi engkau yang memasuki, walaupun itu pria, engkau bukan gay..!!  Begitulah kira-kira pengertian mereka tentang gay.

Sementara dimata orang luar, terutama persepsi orang barat, setiap orang yang berhubungan intim dengan sesama jenis akan disebut gay, atau bisexual.  Beda cara pandang.

Setelah membaca laporan yang dibuat oleh Nadya Labi di http://www.theatlantic.com yang berjudul The Kingdom in the Closet, sebenarnya tidak mengejutkan hasil studi tersebut.  dan seperti amuba, angka itu akan semakin besar dan semakin besar.  Bila angka statistic itu benar adanya, saat ini di Riyadh ada 4 juta orang, maka hampir 2 juta orang adalah gay (gay pria dan gay wanita/lesbian) atau bisexual.

Orang bisa menjadi gay karena banyak faktor, salah satunya karena memori (pernah disodomi kemudian dia menyimpan sensasinya) dan juga karena keadaan yang tidak memungkinkan bisa berhubungan dengan lawan jenis.  Mencari lawan jenis sangat sulit, dan adanya cuman sesama jenis.

Yang mengejutkan bagiku adalah adanya saudara perempuan yang menjadi pemerkosa dalam data tersebut.  Tidak dijelaskan memang dia melakukan tindakan pelecehan sexual itu dengan adiknya yang lelaki atau adiknya yang perempuan.  Namun dalam analisaku, kemungkinan besar dengan adiknya yang perempuan.  Usia 20an bagi perempuan adalah usia dimana gejolak sexualnya sedang tinggi.  Mungkin dia hanya ingin bereksperimen dengan hasratnya tanpa bermaksud melakukan pelecehan sexual.  Bila sekiranya adiknya juga menikmati maka sensasi itu akan terbawa hingga dewasa.

Menurut orang asing yang pernah tinggal atau sedang tinggal dia Arab Saudi, adalah wajar dan normal bila mereka (warga Arab Saudi) menjalani kehidupan ganda; berkeluarga dan juga mencari pemuas nafsu dari sejenisnya.  Lelaki yang sudah terbiasa melakukan hubungan sejenis pun akan menikahi wanita, kemudian mempunyai anak.  Tapi dia tidak akan bisa meninggalkan kebiasaannya dengan pria.  Itulah kehidupan ganda.  Demikian juga pada pihak perempuan, menikah dengan lelaki adalah keharusan terutama bila orang tua telah memilihkan suami baginya, menjadi istri dan punya anak.  Kemudian para istri akan menghabiskan banyak waktu berkumpul dengan sesama wanita dalam arisan atau pesta.  Bermula dari “curhat” berlanjut pada rasa simpati dan perasaan senasib.  Demikianlah hubungan awalnya terjalin.

Mungkin kondisi itu yang membuat pemerintah Arab Saudi tidak cemas karena warganya tetap berumah tangga dan berketurunan.  Semua berjalan seperti biasanya.  Arus permukaan masih tampak sama.  Tapi siapa yang tahu seberapa deras arus di dasar sungai?

Bila kita bandingkan dengan kota-kota besar lainnya di dunia, misalnya kota di USA, menurut The Seattle Times, San Fransisco adalah kota dengan prosentase gay terbesar :15,4%.  Tapi bila dikonversikan ke jumlah jiwa, kota San Fransisco yang berpopulasi 750.000 jiwa, jumlahnya sekitar 120,000 jiwa.  Itupun karena kaum gay ini datang dari berbagai Negara bagian, karena SF mempunyai gay village.  Kota dengan populasi gay terbesar sebenarnya ada di New York City, yakni 272.493 jiwa.  Tapi jumlah itu hanya 4,5% dari total populasi.

Albert Kinsley pernah melakukan riset dan mengatakan, jumlah gay yang umum dalam sebuah polulasi adalah sekitar 6 – 10%.  New YorkCity yang merupakan salah satu kota paling metropolis di dunia hanya memiliki 4,5% pupulasi gay.  Padahal di sana, semua orang bisa jadi gay bila menginginkannya, tidak ada ancaman dari undang-undang atau negara.  Tapi nyatanya, kebebasan hidup tidak membuat jumlah populasi gay menjadi besar.  Sementara di San Fransisco populasi gay tinggi karena SF merupakan salah satu kota yang memiliki gay village sehingga gay dari seluruh USA banyak berkumpul di sana.  Mereka merasa lebih nyaman berada bersama kelompoknya.  Bila kita bandingkan dengan angka di Arab Saudi, 46%, ini benar-benar angka yang membelalakkan mata, bukan??

Dengan membandingkan kedua Negara, termasuk cara hidup dan kebijakan Negara, kita bisa memahami bahwa negara atau agama tidak mampu menekan dorongan sexual 100%.  Celakannya, pembatasan kontak yang dilakukan malah menyemarakkan kehidupan yang tidak diinginkan.  Memberi keleluasaan bagi manusia untuk mengekspresikan seksualitasnya tidak membuat jumlah gay menjadi meningkat.  Jumlahnya hanya akan segitu-gitu saja.  Sebaliknya membatasi akses manusia terhadap lawan jenisnya akan memperbesar populasi gay.

Jakarta, 16 Pebruary 2013

Mery DT

About Mery DT

Since January 2018 I can't manage this blog because Ministry of Communication and Informatics of Republic Indonesia has banned this blog. I am using Three Network as internet connection provider, and it doesn't allow me to visit my sites. I knew, it must be related with my content of blog, especially advocation for sexual orientation. F*ck Indonesian free speech or free writing or free of thoughts. I only can open this blog until my stat page. I see several visitor from Indonesia in my stat. So I have to find out what provider that they use so I can continue to manage this site.
This entry was posted in Sexual Orientation and tagged , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

3 Responses to Benarkah Jumlah Gay di Arab Saudi 46%?

  1. Pingback: Menjadi Homoseksual si Indonesia | Apaja

  2. Pingback: Mengapa Pernikahan Sejenis Harus Dilegalkan? | Apaja

  3. Pingback: Homoseksual TIDAK Menular | Apaja

Leave a comment