Beberapa Istilah LGBT yang Menyesatkan

LGBT

Berbicara tentang LGBT di Indonesia, seperti ada musimnya. Dua atau tiga kali setahun. Di setiap musim, kening saya selalu berkenyit membaca tulisan para jurnalis di media massa, ataupun tulisan netizen di media sosial. Baik rakyat biasa hingga pejabat tinggi negara. Baik yang pro LGBT maupun yang kontra. Mirip, beda tipis.

Hal ini disebabkan minimnya pemahaman tentang orientasi seksual dan istilah-istilah di sekitarnya, sehingga muncul istilah baru yang membuat saya takjub. Misalnya; dosa LGBT, perkawinan LGBT, orientasi seksual LGBT, penampilan LGBT, perilaku menyimpang LGBT dan LGBT menular. Seakan semuanya menjadi sah bila digandengkan dengan LGBT.

Kontroversi yang tiada henti di masyarakat kita disebabkan dua hal yaitu kurangnya pemahaman tentang orientasi seksual dan gairah beragama yang semakin kental akhir-akhir ini. LGBT selalu dicitrakan sebagai momok yang menakutkan. Ada anggota DPR yang mengatakan LGBT adalah ancaman serius bagi bangsa. Banyak alim ulama yang mengatakan LGBT dapat menghancurkan akhlak manusia. Menteri-menteri Kabinet Kerja, baik pria maupun wanita berlomba membuat pernyataan yang menyudutkan.

Sebelum saya menjelaskan istilah-istilah menakjubkan di atas, saya ingin meluruskan pengertian LGBT. LGBT yang merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender adalah komunitas dari minoritas yang berhubungan dengan orientasi seksual dan gender. Sebenarnya ada yang menyebut LGBTIQ. Tapi dalam tulisan ini saya hanya menyebut LGBT, karena yang paling umum dikenal masyarakat Indonesia.

Sedangkan orientasi seksual adalah sebuah istilah yang menggambarkan ketertarikan seseorang baik secara seksual, fisik, romantisme dan emosional kepada jenis kelamin tertentu. Biasanya didefinisikan sebagai lesbian, gay, biseksual, heteroseksual, pansexual, polysexual atau aseksual.

Sekarang saya akan menjelaskan kerancuan istilah-istilah yang sering membuat saya geregetan tersebut;

Dosa LGBT. Berbicara tentang dosa, maka harus dihubungkan dengan Tuhan dan Agama. Beda agama maka beda larangannya, sehingga beda pula dosa yang diakibatkan. Misalnya, makan babi tidak berdosa bagi orang Kristen, tapi berdosa bagi umat Islam dan Yahudi. Bila kita memahami arti LGBT, maka apakah dosanya? Oh, ternyata hal itu dikaitkan dengan aktifitas seksual. OK. Bila seorang gay/lesbian/biseksual tidak melakukan hubungan seksual, apakah dia berdosa? Bukankah dosa seksual yang melanggar perintah Tuhan bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang orientasi seksualnya? Kaum heteroseksual juga sangat banyak melakukan perselingkuhan dan perzinahan. Kenapa hanya ada istilah dosa LGBT?

Perkawinan LGBT. Istilah ini selalu membuat saya terpingkal-pingkal. Bagaimana maksudnya perkawinan LGBT? Perkawinan hanya ada dua macam; beda jenis kelamin atau sama jenis kelamin. Itu saja. Ooo saya tahu, yang mereka maksud adalah perkawinan sejenis. Jadi perkawinan LGBT aneh terdengar.

Orientasi seksual LGBT. LGBT bukan orientasi seksual karena ada “T” yang berarti transgender. Sedangkan transgender sendiri memiliki orientasi seksual, misalnya homoseksual, heteroseksual ataupun biseksual. Misalnya, seorang transgender wanita (dari pria menjadi wanita) menyukai pria maka dia adalah heteroseksual. Bila dia menyukai wanita maka dia adalah lesbian. Jadi istilah orientasi seksual LGBT itu menyesatkan.

Penampilan LGBT. Awalnya saya kurang paham apa maksudnya. Tapi setelah adanya larangan dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang melarang lelaki berpenampilan feminin, akhirnya saya paham maksudnya. Jadi penampilan LGBT adalah seperti penampilan waria. Begitu. Oh. Kali ini mereka hanya menyoroti “T” di LGBT, tapi mengeneralisir menjadi penampilan LGBT.

Jadi begini. Orientasi seksual itu adanya di dalam diri, tidak selalu terlihat dari penampilan. Maksudnya seperti ini, ada gay yang macho dan ada lesbian yang super feminin. Ada pria heteroseksual yang agak kemayu dan ada wanita tomboy yang heteroseksual. Yang tampak dari luar itu adalah ekspresi gender.

Gender yang paling umum dikenal adalah feminin untuk wanita dan maskulin untuk pria. Maskulin, kemayu, feminine dan tomboy adalah ekspresi gender. Memang ada pria kemayu yang homoseksual, tapi tidak selalu. Ada wanita tomboy yang lesbian tapi tidak selalu seperti itu. Jadi apakah penampilan LGBT maksudnya kemayu dan tomboy itu? Oh.

Perilaku menyimpang LGBT. Bila ada perilaku menyimpang, berarti ada prilaku standar atau normal menurut norma yang berlaku. Saya paham maksud prilaku yang menyimpang itu adalah hubungan sejenis. Tapi kenapa membawa-bawa istilah LGBT? Bisa saja seorang gay atau lesbian menjalani perkawinan/hubungan secara heteroseksual. Kok bisa? Iya bisa, dan banyak. Mereka menekan kebutuhan biologisnya demi value yang menurut mereka lebih berharga. Misalnya agama, orang tua, keluarga dan rasa malu. Malu dicap hidup menyimpang dan tidak normal.

Istilah perilaku menyimpang untuk seksualitas ini hanya dikenal di ranah agama, budaya dan sosial. Sedangkan menurut ilmu pengetahuan semua orientasi seksual adalah normal. Homoseksual hanyalah satu varian dari orientasi seksual.

Penderita LGBT.  Bila kita gali lebih lanjut, maksud mereka adalah penderita penyakit kejiwaan. Jadi LGBT = penyakit kejiwaan. Bahkan banyak psikolog yang mengatakan demikian. Tapi sains membuktikan bahwa orientasi seksual yang beragam itu normal, bukan penyakit. Sehingga seharusnya tidak ada yang menderita apa pun orientasi seksualnya.

Yang membuat menderita adalah apa bila mereka tidak bisa menerima dirinya apa adanya dan ingin mengubahnya seperti orang kebanyakan. Biasanya Alasannya karena malu pada orang tua, keluarga dan masyarakat, juga karena takut masuk neraka di akhirat kelak. Mereka ingin mengubah orientasi seksual tapi tidak berhasil. Hal inilah yang membuat banyak gay/lesbian/biseksual khususnya yang tinggal di negara-negara yang kental agamanya, mengalami gangguan kejiwaan.

Tapi bila bisa menerima diri apa adanya, sangat banyak homoseksual dan biseksual yang mempunyai karir cemerlang dan hidup bahagia bersama pasangannya. Mereka-mereka ini banyak kita temukan di negara-negara maju yang sudah menerima semua orientasi seksual setara.

LGBT menular.  Maksud mereka sebenarnya adalah rasa suka kepada sesama jenis itu menular. Entah kenapa mereka tidak mengatakan “homoseksual menular” saja. Bagian ini akan saya jelaskan agak panjang.

Penyebab menyukai sesama jenis adalah kombinasi dari beberapa faktor seperti biologi (genetika), psikologi, kultur sosial, psikologi dan dorongan seksual. Ada yang berdiri sendiri, umpamanya karena genetika (gay murni) dan ada pula yang karena kombinasi beberapa faktor, misalnya kombinasi dorongan seksual dan kondisi sosial yang membatasi pertemuan pria dan wanita, sehingga saat dorongan seksual sedang tinggi mereka bereksperimen dengan sejenisnya. Kemudian menyukainya.

Menurut Dr. Alfred Kinsey yang melakukan survey dan penelitian orientasi seksual tahun 1950an, jumlah populasi heteroseksual (murni) adalah 71%, homoseksual (murni) 6% dan biseksual 23%. Saya sering menyebut biseksual adalah swing voter karena mereka bisa menjalani kehidupan homoseksual juga heteroseksual. Uniknya, ketertarikan biseksual terhadap lawan jenis dan sesama jenis itu berbeda-beda pada semua orang. Ada yang cenderung lebih suka sejenisnya, ada yang cenderung lebih suka lawan jenis dan ada yang sama besar. Jadi bila separoh saja dari biseksual cenderung pada pasangan sejenis, maka akan ada sekitar 17,5% populasi yang menyukai sejenisnya.

Jika jumlah penduduk Indonesia ada 250 juta, maka jumlah gay ada sekitar 15 juta jiwa. Kemungkinan menyukai pasangan sejenis adalah 17,5% dari populasi yang berarti sebanyak 43,75 juta jiwa. Tapi ini adalah jumlah orang yang punya kecendrungan menyukai sesama jenis, tapi yang menjalaninya dalam dunia nyata jumlahnya jauh lebih sedikit.

Berdasarkan survey yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, jumlah gay sekitar 1 juta jiwa. Itu hanya 0.004% dari jumlah total penduduk Indonesia. Menurut saya, banyak yang menekan kebutuhan biologisnya dengan alasan seperti yang sudah saya sebutkan di atas.

San Fransisco (SF) adalah kota dengan prosentasi gay terbesar di Amerika, tapi ternyata jumlah mereka hanya 6,2% dari populasi, masih di bawah 17,5%. New York yang sangat metropolis dan bebas mengekspresikan orientasi seksual hanya 4,0%. Prosentase di SF bisa sedemikian besar karena gay dan biseksual dari berbagai negara bagian AS bahkan manca negara datang berkumpul di SF.

Sekiranya gay bisa menular, maka seharusnya masyarakat di SF sudah 100% menjadi gay. Tapi kenyataannya tidak. Banyak yang membuktikan bahwa heteroseksual yang hidup bergaul belasan bahkan puluhan tahun dengan gay, tidak mengubah mereka menjadi gay.

Sejak lahir, pada dasarnya semua manusia sama. Menjadi berbeda saat mulai menyukai orang lain. Mayoritas orang akan menyukai lawan jenis, tapi ada sebagian kecil yang lebih menyukai sesama sejenis. Banyak orang salah mengartikan proses menyukai ini sehingga mengatakan gay itu menular.

Misalnya seperti ini. Seorang remaja sebut saja Andi, akan mulai bertanya-tanya (questioning phase) mengapa dia berbeda dengan teman pada umumnya. Dia punya pacar perempuan, tapi sama sekali tidak mempunyai gairah seksual padanya. Kemudian dia mulai mencari jawaban kenapa dia seperti itu. Dalam pencarian itu Andi bertemu orang-orang sepertinya. Mereka berbagi cerita, kemudian merasa nyaman dengan komunitas tersebut. Pada tahap ini, orang luar melihat Andi yang straight bergaul dengan komunitas gay.

Pada suatu saat Andi bertemu pria yang dia sukai dan mereka berpacaran. Pada tahap ini, orang lain melihat Andi sudah tertular menjadi gay karena bergaul dengan gay. Demikian salah satu proses sehingga orang awam berkesimpulan gay itu menular.

Jadi kalau ada yang mengatakan LGB menular, maka seharusnya heteroseksual juga. Banyak pula yang percaya bahwa dengan melihat gay berciuman maka orang yang straight pun bisa berubah jadi gay. Jika demikian, tentu berlaku sebaliknya, gay yang melihat straight berciuman maka mereka pun bisa berubah jadi straight. Film-film lebih banyak menggambarkan hubungan heteroseksual, tapi kenapa homoseksual tetap ada?

Kurangnya edukasi tentang orientasi seksual dalam ruang kelas sekolah-sekolah kita dan tabunya penyebaran pengetahuan umum terhadap masyarakat membuat kita gagap terhadap LGBT, sehingga banyak terjadi istilah yang salah kaprah dan menyesatkan. Semoga tulisan ini berguna.

Jakarta, 3 Juli 2016

 

Sumber data:

1.     San Francisco Metro Area Ranks Highest in LGBT Percentage http://www.gallup.com/poll/182051/san-francisco-metro-area-ranks-highest-lgbt-percentage.aspx

2.     Berapa Sebenarnya Jumlah Gay di Seluruh Indonesia? http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/23/o1e9ut394-berapa-sebenarnya-jumlah-gay-di-seluruh-indonesia

 

 

 

About Mery DT

Since January 2018 I can't manage this blog because Ministry of Communication and Informatics of Republic Indonesia has banned this blog. I am using Three Network as internet connection provider, and it doesn't allow me to visit my sites. I knew, it must be related with my content of blog, especially advocation for sexual orientation. F*ck Indonesian free speech or free writing or free of thoughts. I only can open this blog until my stat page. I see several visitor from Indonesia in my stat. So I have to find out what provider that they use so I can continue to manage this site.
This entry was posted in LGBT, Sexual Orientation and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment