Kebenaran itu TIDAK Tunggal

Religion2 Akhir-akhir ini semangat keberagamaan sangat luar biasa di negara kita. Sangkin bersemangatnya sampai kadang-kadang kita tidak tahu batasan membicarakan sesuatu, apakah itu bersifat umum atau untuk kalangan terbatas. Beberapa kali pernah membaca pembicaraan teman di group tentang “hebatnya agamaku, jeleknya agama itu” secara terbuka di group Whatsapp atau BBM seperti tidak ada penganut “agama itu” dalam group itu.

Ada lagi yang mengaitkan bencana alam di suatu tempat karena ritual agamanya yang tidak sesuai dengan “agama kita”. Aku sampe jenggah membacanya. Tapi malas berkomentar karena akan berakhir dengan tidak enak.

Dan aku kasi tahu, mereka bukan orang tidak berpendidikan. Mereka sungguh berpendidikan tinggi, sangat tinggi.

Kemudian pernah suatu hari saat ramai tentang hukuman mati, akun twitter @Shahal_AS mentwit tentang sebuah artikel hukuman mati TKI di Arab Saudi yang ditulis Kiai Masdar tentang hukum qishash (kisas) yang artinya pembalasan setimpal, utang nyawa dibayar nyawa, mata diganti mata dan seterusnya.   Pada aline ke dua tulisannya, Kiai Masdar menuliskan “Pola hukuman kisas pertama kali diperkenalkan Kitab Perjanjian Lama untuk umat Yahudi, diteruskan oleh umat Kristiani, dan selanjutnya diadopsi oleh umat Islam melalui kitab Sucinya, Al Quran.”

Kemudian aku replay, “Kristen tidak memakai hukum kisas, Mas Shahal. Tulisan itu salah pada paragraph ke-2.” Kemudian dijawab mas Shahal, “Terima kasih koreksinya. Itu bukan tulisan saya.”

Tapi kemudian ada sebauah akun yang kata orang dia seorang dosen, mereply twit tersebut dengan mengatakan, “Kalo saya tidak akan meragukan kyai Masdar soal Kristologi.” Kemudia aku balas, “tidak ragu itu hak kamu. Tapi Kristen tidak melanjutkan hukum kisas. Tampar pipi kiri kasi pipi kanan. Itu bukan kisas.” Disini aku mau mengatakan bahwa sejak Yesus, hukum kisas itu tidak berlaku dan umat Kristen diharuskan memaafkan, sehingga ada banyak ayat pengampunan serupa bila ditampar pipi kanan kasi pipi kiri itu, banyak terdapat pada Injil. Dengan ayat-ayat pengampunan tersebut, hukum kisas diputus oleh Yesus. Dengan kata lain, Kristen tidak melanjutkan hukum kisas, tapi diganti dengan pengampunan.

Kemudian dijawab oleh si dosen ini, “oke, anggap saja perjanjian lama sudah berubah.” Tentu aku tertawa ngakak membaca kalimatnya. Semua Kristen yang belajar Alkitab pasti akan tertawa membaca hal tersebut. Kemudian kujawab, “hahahahaha… brarti anda tidak paham tentang kekeristenan. Ok deh.”

Aku tak mau lagi melanjutkan walau pun dia berusaha memancing dengan nada merendahkan. Kenapa tidak kuteruskan? Karena dia punya niat mau menjatuhkan, bukan belajar. Dan dia punya dasar berbeda untuk memahami keyakinan lain. Aku tidak ingin menghabiskan waktuku meladeni hal-hal tak berguna seperti itu. Kalau dia mau belajar, banyak buku atau artikel di internet yang bisa dia baca, bukan dengan mendebat dengan nada sok tahu.

Apa yang ingin kukatakan dari contoh-contoh di atas?

  1. Bahwa kebenaran itu tidak tunggal. Kebenaran agama kita cukuplah milik kita sendiri ato kelompok kita sendiri. Tidak usah diadu dengan agama orang lain, karena standar kebenaran dari setiap agama atau non agama tidak sama. Kita wajib meyakini bahwa agama yang kita anut adalah agama yang paling benar, tapi hal itu tidak boleh jadi ukuran untuk menilai agama lain di tempat umum. Kalau dikalangan sendiri kita membandingkan agama kita dengan agama lain, ya tidak masalah, tapi bukan di ranah umum. Karena kalau orang lain menilai agama kita dengan memakai ukuran agama mereka maka tentu saja agama kita tidak benar, menurut mereka. Jadi simpan saja kebenaran agama kita untuk diri sendiri atau kelompok yang memiliki keyakinan yang sama. Tidak perlu kita menghakimi keyakinan orang lain dengan dasar agama kita. Setiap orang berbeda dan masing-masing punya kebenaran menurut keyakinannya masing-masing, bahkan keyakinan orang-orang yang tidak percaya Tuhan.
  2. Tak perlu berdebat mengenai agama atau keyakinan, cukup hormati saja. Karena bagaimanapun hebatnya debat agama, tidak akan berujung pada saling mengakui kebenaran agama lawannya. Biasanya saling mengklaim dia yang menang debat. Di media social sering sekali kita melihat debat agama. Bagaimana ujungnya? Saling klaim paling benar dan menang. Mengapa? Karena mereka meyakini apa yang dia ucapkan dan menganggap salah apapun yang diucapkan lawan debat. Jelas saja demikian karena dasar yang dipakai berbeda, dan ukuran tentang sesuatu yang didebat pun berbeda. Itu maka sering disebut debat kusir. Tak berujung.

Aku percaya apapun agamanya, apapun keyakinananya (yakin ada Tuhan atau yakin tidak ada Tuhan) masing-masing adalah orang baik yang ingin hidup lebih baik. Standar umum yang bisa dipakai oleh semua golongan adalah kebaikan.   Bila kita melakukan kebaikan pada sesama dan alam maka kita adalah orang baik, tapi bila kita arogan dan jahat pada sesama dan lingkungan maka kita adalah orang jahat.

Apakah engkau jadi orang baik bila hanya menolong orang yang sealiran denganmu? Apakah engkau akan menolak kebaikan dari orang yang berbeda aliran denganmu? Aku selalu menganggap kemanusian lebih tinggi dari agama. Manusia lebih dulu ada dari pada agama. Sebelum agama ada, manusia ada yang baik dan ada yang jahat. Setelah ada agama, manusia tetap ada yang baik dan ada yang jahat.

Tuhan mengharuskan aku berbuat baik pada semua mahluk di bumi ini, baik mahluk hidup maupun mahluk mati. Dan itu perintah yang harus kupatuhi supaya aku jadi orang baik. Itu sudah cukup.

Jakarta, 14 Mei 2015

Mery DT

About Mery DT

Since January 2018 I can't manage this blog because Ministry of Communication and Informatics of Republic Indonesia has banned this blog. I am using Three Network as internet connection provider, and it doesn't allow me to visit my sites. I knew, it must be related with my content of blog, especially advocation for sexual orientation. F*ck Indonesian free speech or free writing or free of thoughts. I only can open this blog until my stat page. I see several visitor from Indonesia in my stat. So I have to find out what provider that they use so I can continue to manage this site.
This entry was posted in Agama and tagged , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment