Siang tadi saat buka blog, aku mendapati sebuah komen yang mengatakan Gay berbahaya bagi perkembangan spesies manusia, membuat aku ingin menuliskan artikel ini. Agak lama aku berpikir, “Mengapa banyak orang yang selalu menghubungkan moral yang buruk dengan gay/homoseksual?” Menurutku ini pendapat yang sangat salah. Sama salahnya seperti mengatakan semua kecelakaan, kerusakan, kerugian yang terjadi di dunia ini dilakukan oleh Zionisme atau illuminati. Tapi aku juga sadar bahwa memang informasi yang seperti itulah yang kita konsumsi sejak kecil, baik dari orang tua, maupun dari guru di sekolah, juga tentu dari guru agama.
Ukuran moral, kebaikan atau kepantasan yang dipegang dalam satu keluarga, kaum, suku, bangsa atau negara, sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai yang diadopsi sebagai aturan. Sumber aturan itu biasanya dari kearifan lokal, agama dan adat-istiadat. Seseorang yang lahir dan tumbuh dalam keluarga tradisional yang kental adat-istiadat dan agamanya akan berbeda nilai-nilai yang dia pegang dengan seseorang yang lahir dan tumbuh di dalam keluarga modern yang tipis penerapan adat-istiadat dan tidak fanatik beragama. Mereka akan berbeda dalam memandang suatu hal, misalnya tentang istri yang bekerja di luar rumah, tentang dominasi lelaki dalam keluarga, tentang pernikahan dengan anak perempuan di bawah umur, tentang hubungan sejenis, dan lain-lain.
Banyak negara yang menganggap wajar pernikahan pria dewasa dengan anak gadis 12 atau 13 tahun, tapi bagi banyak orang dari belahan dunia lain hal itu dianggap tidak wajar. Banyak negara yang menganggap hubungan sejenis itu adalah illegal, tapi ada negara yang melegalkan pernikahan sejenis. Demikian perbedaan cara pandang manusia terhadap suatu hal.
Dalam pandangan tradisional termasuk agama, konsep keluarga itu harus ada bapak (lelaki), ibu (perempuan) dan anak-anak. Aturan genderpun berlaku disini. Suami sebagai kepala keluarga, ibu sebagai pemelihara rumah tangga. Aturannya rigid (kaku). Keluarga tradisional hanya mengenal atau tepatnya mengakui bahwa orientasi seksual itu hanya heteroseksual. Kalaupun ada anak yang orientasi seksualnya gay, mereka tidak akan bermasalah, sampai si anak memiliki pasangan sejenis.
Sering kita melihat keluarga yang tidak mempersoalkan anaknya yang lelaki berpenampilan lembut dan anak perempuannya berpenampilan seperti lelaki. Orang tua hanya akan marah bila anak itu punya pacar yang sejenis. Mengapa mereka marah? Karena menurut agama itu dosa. Sudah sering di dengung-dengungkan bahwa agama tidak benci gay tapi tidak merestui hubungan sejenisnya. Dengan kata lain, silahkan kamu gay, dan terimalah nasibmu menderita kesepian seumur hidup karena tidak bisa hidup bersama orang yang kamu cintai. Dan doktrin tambahannya adalah, lebih baik menderita di bumi dari pada masuk neraka di akherat. Demikianlah doktrin itu melekat pada benak banyak orang. Orang-orang tersebut tidak hanya di Indonesia, tapi hampir di seluruh dunia.
Tapi sesungguhnya dosa sebagai gay itu hukumannya tidak hanya di akherat, tapi juga di dunia ini. Hukuman itu misalnya prasangka buruk yang selalu dialamatkan pada kaum gay. Bahkan yang memberi komen di artikel sebelumnya itu membebankan rusaknya spesies manusia karena ulah gay. Sedemikian hebatnya ya kerusakan yang dibikin oleh gay ini? Prilaku pedofil pun dikaitkan dengan homoseksual. Padahal pelaku pedofil itu ada yang heteroseksual. Kenapa hanya gay yang disorot? Katanya karena korbannya nanti mejadi pelaku yang sama.
Ah. Kesimpulannya terlalu tendensius pada satu orientasi seksual aja. Padahal korban pedofil heteroseksual juga tidak kalah hebat dampaknya. Perempuan-perempuan muda yang mengalami pelecehan seksual saat masih anak-anak atau remaja muda, rata-rata memiliki rasa percaya diri yang rendah. Mereka merasa dirinya tidak berharga dan kotor. Banyak dari mereka yang berakhir di lokalisasi atau bekerja sebagai prostitusi.
Menurutku, menjadi gay dan berpasangan dengan sesama jenis bukan prilaku seksual yang menyimpang. Tapi orang yang melakukan kekerasan seksual (apapun orientasi seksualnya) itulah prilaku seksual yang menyimpang, Apalagi bila kekerasan seksual dilakukan terhadap anak kecil. Itu kejahatan kemanusian yang luar biasa.
Kenyataan memang banyak gay yang mempunyai gaya hidup bertukar-tukar pasangan sehingga banyak pula yang mengidap penyakit seksual seperti HIV/AIDS. Tapi yang berprilaku seperti itu tidak hanya gay. Kaum heteroseksual juga banyak sekali melakukan hal yang sama. Suami yang suka jajan dengan banyak perempuan selain istrinya itu prilaku yang sangat buruk terhadap spesies manusia (trutama istri dan anak-anaknya). Sudah banyak ibu rumah tangga baik-baik yang setia pada suaminya ternyata mengidap HIV/AIDS. Anak baru lahir yang sudah mengidap HIV/AIDS. Sumber penyakitnya adalah sang suami yang mempunyai gaya hidup seksual menyimpang yaitu bertukar-tukar pasangan dengan banyak perempuan bahkan PSK (Pekerja Seks Komersil).
Aku pernah menonton tayangan televisi yang sedang membahas PSK, dan mengatakan bahwa 80% pelanggan PSK adalah pria beristri. Dan banyak temen yang berseloroh mengatakan bahwa 2 dari 3 pria berselingkuh. Aku pernah kerja di camp, dan biasanya pria-pria di camp meninggalkan istrinya di kota. Guyonan antar pria itu sering kali berkisar kegiatan di lokalisasi. Perempuan-perempuan di lokalisasi dijadikan olok-olok diantara mereka. Demikian pula sopir-sopir antar kota atau antar provinsi, mereka sangat akrab dengan warung remang-remang. Coba bayangkan berapa banyak pria yang meninggalkan istrinya untuk mencari makan, atau istri yang meninggalkan suaminya untuk bekerja jadi TKW. Penyakit seksual mereka bawa pada istri di rumah setelah bertualang ke sana-sini. Apakah itu bukan prilaku yang membahayakan perkembangan spesis manusia karena akan menghasilkan anak-anak yang terinfeksi penyakit atau istri yang menjadi tertular penyakit kelamin? Perempuan pun ada yang berselingkuh walaupun jumlahnya tidak sebanyak pria.
Mereka yang melakukan gaya hidup bertukar-tukar pasangan (sekali lagi; apapun orientasi seksualnya) adalah kelompok beresiko tinggi merusak dirinya sendiri maupun pasangannya. Pada dasarnya manusia itu ingin mempunyai pasangan yang setia dan hanya satu saja. Tapi sifat tidak setialah yang menyebabkan orang berselingkuh, bukan orientasi seksualnya.
Pasangan homoseksual sama saja dengan pasangan heteroseksual, tidak lebih – tidak kurang. Sesungguhnya banyak gay yang setia, tapi mereka tertutupi oleh gaya hidup gay yang sering bertukar-tukar pasangan. Lagi pula banyak gay yang bersembunyi (belum coming out) bukan? Bila mau melakukan riset by internet, banyak kok contoh gay yang hanya memiliki satu pasangan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Misalnya: Annise Parker, walikota Houston US – dia menjabat utk periode ke-3- akhirnya menikahi Kathy Hubbard, pasangannya selama 23 tahun terakhir, pada Januari 2014 lalu.
Banyak sekali pasangan gay yang hidup normal sama persis seperti pasangan heteroseksual. Mereka saling cinta. Mereka memiliki anak. Mereka setia pada pasangan. Tidak ada orang yang ingin diduakan bukan? Jadi sama saja, gay atau straight, prasaannya sama, tidak ingin diselingkuhi.
Setelah aku banyak mempelajari kehidupan gay, baik yang sudah dewasa maupun yang masih remaja, aku melihat tidak ada bedanya mereka dengan pasangan heteroseksual; ada yang suka berselingkuh, ada yang setia. Ada yang patah hati, ada yang berbunga-bunga karena jatuh cinta. Ada yang bajingan, ada yang bak malaikat. Ada yang cantik/ganteng, ada yang pas-pasan atau jelek. Semakin dalam aku memperlajari tentang orientasi seksual manusia yang beragam, semakin aku tidak tahu dimana perbedaan dan masalahnya. Dan semakin aku mengakui bahwa semua manusia itu normal apa pun orientasi seksualnya.
Tambahan: Gay tidak membahayakan spesies manusia, tapi yang membahayakan itu adalah pelaku kekerasan seksual pada anak (pedofilia), pelaku kekerasan pada manusia pada umumnya dan juga homophobia.
Jakarta, 29 April 2014
Mery DT
Note: Foto di atas adalah Annise Parker, walikota Houston bersama Kathy Hubbard dan ketiga anak-anak (adopsi) mereka.
O, jadi anda sudah mempelajari panjang lebar ya? Akhirnya punya kesimpulan macam itu di paragraf terakhir.
Saya sudah menyertakan berita terkait JIS. Anda sudah membaca penyebab pelaku menjadi gay. Ia dulu korban. dan sekarang menjadi pelaku. Apakah ini termasuk faktor genetika ???
Kesimpulan yg Anda tarik, ternyata bertentangan dg “sains”.
Saya jadi penasaran dg siapa orang2 yg berada di belakang penelitian “sains” yg telah Anda pelajari itu.
Benarkah mereka obyektif ? Atau jangan2 mereka peneliti gay juga ? Atau jangan2 mendapatkan dana dan sponsor dari komunitas gay ?
Ini kalau Anda mau kritis.
***
Oya, saya mau tanya:
gay. mereka lebih suka bercinta dg sesama laki-laki daripada perempuan. apakah mereka punya anak ?
jika gay kemudian menjadi mayoritas, karena penyebarannya yg agresif (ingat pelakunya laki-laki, bukan perempuan yg cenderung pasif), maka perempuan bingung menyalurkan hasrat biologisnya, karena laki-laki pada jadi homo. dg terpaksa, akhirnya perempuan pun jadi lesbi.
dg sebab itu, populasi manusia akan menurun secara drastis. dan ia akan punah pelan2.
LikeLike
Hi there…
Mengapa bisa menjadi gay? Anda baca disini ya… Sudah pernah kutulis 🙂
LikeLike
Saya sdh sering baca ulasan serupa di buku2 terkait neurosains & psikologi.
di respons lain, Anda bilang homoseksual itu bukan penyakit. Tidak bisa disembuhkan. Nampaknya anda mengaitkannya dg faktor genetika. Bawaan sejak lahir. Faktor genetika.
Tapi dg apa yg menimpa JIS, saya jadi ragu dg bacaan saya dan alasan Anda. bayangkan pelakunya ada 6 orang. office boy lagi. Salah satunya mengaku pernah jadi korban.
Ternyata faktor orang jadi gay banyak. Bukan hanya genetika, lingkungan juga. Termasuk pengalaman, keluarga.
Ternyata ada faktor non-genetis. Dan itu tentu saja terkait banyak hal. Salah satunya adalah faktor politis & ekonomi.
Apa yg terjadi jika negara melegalkan homoseksual dalam UU mereka ? Apa saja dampaknya?
Jangan heran jika pelaku gay dan peminat bocah laki-laki meningkat. Entah itu dg sukarela atau paksaan.
LikeLike
Anda kurang cermat membaca tulisan dan jawaban saya. Dan saya tidak ingin melanjutkan diskusi ini lagi.
Semoga anda berkenan.
Salam 🙂
LikeLike
:))
LikeLike
Apa yg terjadi jika negara melegalkan homoseksual dalam UU mereka ? Apa saja dampaknya?
Maaf ya mbak Mery kalau saya ikutan kommentar. Begini, Apa yg terjadi jika negara melegalkan homoseksual dalam UU mereka ? Apa saja dampaknya? Dampaknya tidak banyak, seperti yang saya lihat sendiri di Jerman yang melegalkan pernikahan sejenis (oh iya saya tinggal di Jerman).
Dengan pelegalan itu orang lantas tidak berbondong-bondong menjadi gay, karena buat apa juga? semua orang mempunyai orientasi seksual masing-masing.
Dan jika populasi Jerman mengalami penurunan, itu bukan karena pelegalan pernikahan sejenis, melainkan karena hal-hal lain juga misalnya pasangan hetero-pun tidak mengharuskan diri mereka mempunyai anak seperti layaknya keluarga di Indonesia.
Pelegalan UU pernikahan sejenis bukanlah hal besar, paling-paling juga akan membuat sebuah negara semakin mengalami perkembangan pesat seperti Jerman karena kelompok gay (yang jumlahnya cuma sedikit sekali itu) tidak lagi di serang secara mental sehingga mereka bisa menyalurkan kreatifitas secara bebas seperti layaknya yang lain.
Lalu pertanyaannya dibalik; Apa yg terjadi jika negara tidak melegalkan homoseksual dalam UU mereka ? Apa saja dampaknya? Ya… silahkan lihat Indonesia, apa yang terjadi? juga tidak banyak, cuma semakin banyak saja manusia hetero pongah seperti JCM ini yang mengklaim bahwa kelompok merekalah yang paling benar.
LikeLike
Bedjo, baca: “Germany Fights Population Drop”
ada kaitanya dg bertambahnya jumlah kaum homo?
bisa jadi.
silahkan merenung lagi.
LikeLike
Makasih sudah ikut sharing, Mas Bedjo.. 🙂
LikeLike
Maaf Pak jcm saya nyasar justru krn cari info ttg jerman. Pak jcm, tante saya di jerman dan beliau tahu persoalan utama di sana pasangan heteroseksual nya lah yg ga mau punya anak. Permasalahannya bkn homo tp krn byk org yg ga mau repot punya anak keuangan yg makmur, fasilitas kesehatan yg semakin baik bikin byk org jerman gak merasa perlu punya anak utk hr tua. Mrk byk mikir kumpulin uang aja nanti tua tinggal bayar pembantu gitu lho mas yg terjadi di jerman. Lagian pasangan gay bs kok bayi tabung kayak elton john dan pasangan, clay aiken dll. Lesbi lebih gampang lg kayak pasangan ellen-portia dll. Kalau anti gay cuma krn masalah ini sih penyelesaiannya gampang ( klo anda anti gay cuma krn mslh ini lho jgn marah pak jgm 🙂 ).
LikeLike
Hahaha… Seruuu seruuu
Yang nulis heteroseksual aja sdh dapat tanggapan yg sepertinya benturin tembok, gimana kalo yg homoseksual ndiri yakkk? Ckckck
Tabik buat Mery DT….
LikeLike
Hahahaha… Rumusnya cuman 1; homoseksual selalu salah dan akan terus salah sampai kiamat. Dan yg cipatain homoseksual juga pasti salah!!! #eh* Mari mbenturin pala di tembok*
LikeLike
“atheist detected” ?
:))
LikeLike
Ketika ada orang yg ketangkap korupsi, apa kamu lalu bilang sama yg nangkep, “kalo yg korupsi lu sendiri, gimana ?”
apa Anda : ckckck juga????
koruptor juga manusia — punya hak hidup, apa gara-gara itu korupsi dilegalkan ???
(walaupun perlu riset lagi) pelaku homoseksual dan para pendukungnya — nampaknya mengalami “kerusakan” struktur otak hingga sangat permisif dg perbuatan ini. mungkin neuronnya ada yg konslet setelah jadi pelaku “homo” atau jadi korbannya.
—
Nyo. sudah lihat video ini?
http://tv.detik.com/readvideo/2014/05/04/132958/140504008/061009681/seorang-bocah-korban-pelecehan-emon-meninggal-akibat-infeksi?9922022
LikeLike
JCM yth, maaf sekali kalau saya bilang anda tidak bisa membedakan penyakit dengan yg tidak penyakit dan juga tidakan kriminal dan bukan tindakan kriminal. Anda campur aduk semua sehingga anda sendiri kelihatan kebingungan dengan komentar anda.
LikeLike
Anda yg nggak bisa nangkap poin2. Anda juga nggak bisa mengkontruksi logika yg saya pakai.
mungkin ini karena perbedaan struktur otak perempuan dan laki-laki.
saya memaklumi kalo Anda belum paham2 juga.
LikeLike
HUAHAHAHAHAHAHAHA… iya deh, pak… 🙂
LikeLike
terima kasih, mbak Mery
saya terkesan dengan keterbukaan anda dalam memberikan pendapat, jujur saja, dengan pendapat anda saya merasa sedikit berani untuk menghadapi keadaan saya sendiri yang tercantum seperti di atas 🙂
barangkali ga banyak di indonesia ini yang berpendapat seperti di atas, tapi pandangan seperti inilah yang saya butuhkan untuk setidaknya tidak mengklaim jika diri saya ini abnormal dan cacat
sekali lagi, saya ucapkan terima kasih 🙂
LikeLike
Hi Rin, terima kasih sudah mengapresiasi tulisanku.
Kamu tidak cacat, kamu adalah manusia normal dan sangat berharga di mata Tuhan. Jangan berkecil hati bila ada yang mengatakan kamu tidak normal, mereka hanya manusia yang kurang belajar. Kamu harus percaya diri dan mengembangkan sifat positif dan talenta kamu, ok!
Manusia dihargai bukan krn orientasi seksualnya, tapi karena prestasi dan karya-karyanya. Sekali lagi, kamu berharga, jangan pernah biarkan orang lain menjatuhkan kamu. Belajar, belajar, belajar dan teruslah belajar. Berprestasilah, berkaryalah, dibidang apa saja. Kamu sudah jadi pemenang bila kamu berhasil mengabaikan semua hinaan dan ejekan mereka.
Tetap berjalan dengan kepala terangkat. Kamu pemenang!
Peluk hangat, Mery.
LikeLike
Terima kasih banyak motivasinya 🙂 Saya sangat menghargai itu.
Salam tulus dari saya
LikeLike
Sama-sama, Rin. 🙂
LikeLike
Lho… bukannya klo ada pasangan gay/lesbian trus populasi bumi berkurang justru bagus? Bisa mengontrol populasi manusia. Berarti Tuhan itu menciptakan gay bukan sbg makhluk yg berdosa… meskipun begitu hetero/normal ttp masih ada dong seperti yg dikatakan di atas, kan populasi bumi masih terjaga, ya kan? 😛
Salam, mbak merry!
LikeLike
Hi Mbak Wulandari, terima kasih sudah berkunjung lagi 🙂
IMO, Tuhan menciptakan manusia (apapun keadaannya) memiliki tujuan.
Ada yg berfungsi untuk menanam, ada yg menjaga dan ada yg khusus untuk memanen.
So, nikmati saja fungsi kita masing-masing. Begitu cara hidup yang damai.
Have a nice day/night, Mbak 🙂
LikeLike
Artikel yang bagus Mbak Merry, kadang saya gak ngerti deh sama orang2 yang homophobic, kalo UU negara atas pernikahan sejenis dilegalkan, atau proteksi terhadap orang gay dilegalkan terus dalam pikiran mereka orang berbondong bondong milih menjadi gay. Duhh….(geleng kepala). Saya tinggal di new zealand, negara yang sudah melegalkan marriage equality sejak 2013, apa yang berubah di society new zealand? apa jalan2, beach, park penuh sama orang gay berpegangan tangan, gak ada, ketika saya jalan2 ke park, beach, shopping malls, yang saya lihat sama seperti sebelumnya, pasangan heterosexual berpegangan tangan mendominasi. Yang berubah adalah, pemerintah melindungi kaum minoritas gay and lesbian people, mengakui commitment mereka terhadap pasangan yang mereka cintai dimata hukum. Have a nice day!
LikeLike
Thanks sharingnya, 7ariez.
Menarik bahwa kehidupan sosial di New Zarland tidak berubah walaupun pernikahan sejenis sudah dilegalkan. Seharusnya memang seperti itu. Karena sebenarnya, walau illegal, pasangan sejenis itu ada di masyarakat. Hanya saja tertutup dan membuat orang menjadi munafik. Kala semua terbuka, tentu tidak ada lagi rasa penasaran berlebihan. Dalam kondisi seperti ini baru keseimbangan hidup dari berbagai orientasi seksual dapat terwujud.
LikeLike
Ya betul sekali, sayang nya gay dan lesbian di indonesia masih memiliki jalan yang jauh sekali untung mendapatkan hak mereka sebanding dengan orang yang straight. Ya, saya merasa beruntung tinggal di new zealand. Tentu saja, sama seperti di amerika, ketika gay marriage dilegalkan di new zealand, ada conservative christian groups yang mencela, meneriakkan, new zealand akan kena bencana kemurkaan Tuhan dengan dilegalkan nya gay marriage. Bencana alam mah bisa terjadi kapan aja? sejak kapan orang gay punya kekuatan mendatangkan bencana alam? kalo memang bener begitu mendatangkan kemurkaan Tuhan, belanda yang melegalkan gay marriage sejak 2001 harusnya dah tenggelem dong, yang ada perekonomian new zealand makmur2 aja, Juga mendorong gereja2 untuk menilik lagi apakah mereka menggunakan alkitab secara benar untuk mengucilkan kaum gay and lesbian. .
LikeLike
Mungkin lebih buruk disini karena bulan Januari lalu ada razia Lesbi yang dilakukan kelompok intoleransi di rumah-rumah kost. Katanya mereka mengingatkan spy tdk lesbi lagi. kalau tidak berubah maka akan diusir dari lingkungan tersebut.
Gw ada tulis di sini https://apaja.wordpress.com/2016/01/27/lgbt-indonesia-vs-polisi-moral/
Gitulah negeri ini. Masih jauh dari kesetaraan semua golongan dan orientasi seksual.
LikeLike