Ini adalah tweetku sore ini tentang suku Dayak sebagai penjaga alam dan hutan, dan keserakahan orang kota yang menghancurkannya. Silakan dibaca bila berkenan. 😀
Mumpung banjir, bahas dikit ttg suku Dayak ah.
Dayak dan suku indigenous lainnya adlh pejuang konservasi sejati.
Sebelum masyarakat modern belajar tentang konservasi alam, orang Dayak telah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sejak jaman nenek moyang.
Mengambil & memanfaatkan hasil hutan secukupnya tanpa merusak sumbernya, itu adalah filosofi & kearifan lokal suku Dayak.
Hutan yg menaungi tanah, sungai, dan gunung memiliki arti yang sangat penting bagi orang Dayak.
Hutan adalah nafas, darah, harga diri, pusat kehidupan, spiritual, identitas dan rumah. Tanpa hutan org Dayak kehilangan jati diri.
Itulah sebabnya masyarakat Adat Dayak pantang menyerah mempertahankan hutan mereka.
Beratus-ratus tahun orang Dayak hidup di Hutan, dan hutan mencukupi semua kebutuhan mrk.
Suku Dayak memang melakukan perladangan berpindah, tetapi lahan yg mrk pakai tidak 1/sejuta luas lahan perusahaan kelapa sawit pun!
Lahan ladang berpindah suku Dayak berotasi, artinya setelah beberapa kali pindah, mereka akan kembali ke awal. Itu tidak merusak hutan.
Aku menulis beberapa buku tentang Dayak, seperti Punan di Malinau, Ngaju di Kalteng, Iban di Kapuas, Desa di Sintang, Benuaq di KuBar, Bidayuh di Sanggau.
Semua kondisinya sama. Yang merusak hutan adalah pendatang yg mngeksploitasi hutan mengambil kayu dan merusak sungai.
Sungai yg dulu menjadi sumber kehidupan sekarang mereka takuti karena ikan-ikannya pada mati dan kulit mereka menjadi gatal bila mandi di sungai.
Itu akibat limbah batubara dan pestisida yg dipakai untuk sawit.
Orang kotalah yg membawa kehancuran bagi alam/hutan. Ok kita bisa bilang itukan akibat ulah pengusaha & pejabat yg memberi izin.
Kita juga nyumbang kesalahan bila hanya diam dan menggunakan produk-produk perusahaan yg merusak alam tersebut.
Akibat kerusakan hutan dan alam sedang kita rasakan kan? Banjir di beberapa tempat, tanah longsor, perubahan cuaca. Ulah kita.
Sebenarnya untuk mendapatkan uang, negara tidak perlu harus selalu mengkonversi hutan jadi lahan sawit.
Eco-tourism sgt profitable bila digarap dgn baik. Memang perlu waktu dan keseriusan. Tapi Pemerintah doyan uang cepat.
Ciri-ciri negara yang beradab adalah negara itu menjaga hutan dan alamnya dalam kondisi yg ideal. Negara kita?
Oleh sebab itu mari kita pilih pemimpin nasional & daerah yg pro lingkungan, bukan pro harta dan jabatan.
Jakarta, 19 Jan 2014
Mery DT
Dah jadi penulis,pemerhati hutan,antropolog dayak……apalagi berikutnya,,,,,,
LikeLike
Hahahaha… berikutnya enaknya apa ya? …
Enakan spt kam lah, jadi dokter gigi.. masalah mulut teratasi dgn baik dan benar 😀
LikeLike