Pergulatan Batin Seorang Bisexual

Prolog

bisexual-logo-md  Beberapa hari (minggu ) yang lalu seorang teman di twitter, @SinyoNepenthes , meminta saya untuk mengomentari artikel yang baru dia posting di blognya, disini.  Topiknya menarik, dan aku pun berkomentar cukup panjang dan akhirnya Sinyo mengusulkan supaya aku menulis ulang artikel tersebut dan memposting di blogku.  Karena pekerjaan lagi seru-serunya, baru hari ini sempat aku melakukannya.  Tulisan ini adalah semacam mengomentari curhatan seorang teman.  Silakan disimak.

Curhat seorang teman (Bybyq)

Dua tahun lalu saya putus dengan gf (girlfriend) setelah lima tahun masa pacaran. Kemudian saya pergi ke luar negeri untuk melanjutkan studi. Di sana, saya tidak hanya harus menyesuaikan diri dengan suasana baru tapi juga baru menyadari bahwa saya mungkin biseksual. Percaya deh, saat itu saya lebih takut jadi biseks daripada jadi lesbian. 

Saya mengerti betapa biseks dipandang sebagai makhluk greedy, yang mau enaknya saja dari hubungan dengan cewe dan cowo. Jelas saja, saya sudah melihat banyak teman
lesbian yang disakiti oleh cewe-cewe biseks. But now I am getting married. With a man. 

Saya pun bilang pada mantan gf saya kalau saya mau undang semua teman saya tanpa pandang bulu. Saya mau undang teman-teman LGBT, dan membuat acara wedding saya LGBT friendly. Teman gay saya menyambut dengan riang gembira, tapi mantan gf saya bertanya: “kamu ga takut offend mereka?” Offend siapa? Saya mengundang tanpa membeda-bedakan, karena saya ingat bahwa saya pernah tidak diundang ke pernikahan teman hanya karena pasangan saya perempuan. Saya mengundang karena saya ingin berbagi saat menyenangkan itu. Dan jujur saja saya sempat bete: “Offend siapa?” 


Tapi kemudian saya mengerti kenapa mantan gf saya berpikir seperti itu. Bukan tidak mungkin saya kemudian dianggap sebagai pengkhianat karena memutuskan untuk menikah. Atau mungkin karena saya mau menikah, dikira saya tidak lagi fight for their cause. Apa mungkin pada lupa kalo ada “B
(biseksual)” di LGBT. 

Saya juga bukannya punya cewe dan menduakannya dengan cowo. Kebetulan saja pada akhirnya saya jadian dengan cowo dan memutuskan menikah. Dan pada saat itu saya juga tidak sedang berhubungan dengan perempuan kok. Bagaimana mungkin, dengan pernikahan saya malah menyakiti hati teman-teman LGBT yang lain? Makin lama berpikir kok saya jadi makin sedih. Dan memangnya kenapa kalo diundang ke pernikahan heteroseksual? Memang mungkin tidak nyaman karena mungkin banyak yang bertanya “kapan merit?” dan sebagainya. Tapi menolak hadir karena tersinggung? Sejak kapan perjuangan untuk LGBT menjadi gerakan
heterophobia? – Bybyq

Pendapatku:

Sudah jamak bila suatu golongan merasa minoritas, maka mereka akan bersatu dan berdiskusi dan membentuk perkumpulan.  Ikatan antar anggota akan semakin kuat bila perjuangan mereka dianggap mendapat tantangan dari mayoritas atau yang berkuasa.  Terkadang seperti membuat kode tak tertulis bahwa kelompok kita harus diperjuangkan karena kita minoritas.  You and me against the world!  Demikian sering terdengar nada selogannya.  Padahal belum tentu juga dunia melawan mereka.  Hanya kelompok kecil yang tidak toleran misalnya, tapi supaya patriotik, dipakailah yang ukurannya raksasa sebagai musuh.

Yang dimaksud minoritas di sini bisa dalam apa saja; suku, agama, bangsa, alumni, dll.  Perhatikan saja, orang Indonesia di Amerika lebih akrab dari pada sekiranya mereka tinggal di Indonesia.  Demikian juga dengan masalah orientasi seksual.  Aku sudah lama melihat bahwa bagi sebagian orang orientasi sexual ini seperti agama.  Kita seperti umat yang sangat fanatik, senang bila ada yang masuk ke kelompok kita dan sedih bila ada yang keluar.  Terkadang sampai memberi cap penghianat dan penipu pada orang yang keluar dari kelompok tersebut.

Kalau kita bicara tentang orientasi seksual, itu tidak cukup dengan mengelompokkan homosexual dan heterosexual.  Identitas sexual itu spectrumnya sangat luas.  Sexualitas terbagi 2, yakni monosexual dan bisexual.  Yang dimaksud dengan monosexual adalah orang yang tertarik secara romantisme dan sexual hanya pada 1 jenis gender, mereka bisa jadi homosexual atau heterosexual.  Sementara bisexual tertarik pada lawan jenis maupun yg sejenisnya. Sebenarnya ada satu lagi identitas sexual yang mulai dikenal, yakni Pansexual.  Pansexual lebih luas lagi cakupan identitas sexual yang disukainya, termasuk transgender. Bisexual dan pansexual tidak terlalu pusing dengan identitas jenis kelamin pasangannya.

Sesuai dengan curhatan teman di atas, aku akan focus pada bisexual saja.  Skala Kinsey adalah salah 1 dari 200 lebih jenis skala yang mencoba menggambarkan betapa luasnyanya spectrum sexual tersebut.  Bagiku Skala Kinsey – dapat dibaca disini – lebih mudah dipahami dan lebih sederhana, dia membagi spektrumnya menjadi 7.  Sementara skala-skala lain ada yang membaginya dalam 10, 20, 30,bahkan 100 spectrum.  Kalau sudah begitu, di kelompok mana kah anda?

Menurutku kelompok bisexual adalah kelompok terbesar dari manusia.  Di Skala Kinsey yg heterosexual murni hanya pada skala 0 dan yg gay/lesbian murni hanya di skala 6, jadi di skala 1-5 itu bisexual.  Yang menarik dari bisexual ini adalah bahwa ukuran kesukaannya terhadap lawan jenis atau sejenis itu bervariasi.  Tidak musti prosentasinya 50-50.  Ada yang hanya secara romantisme saja dia menyukai sejenis atau lawan jenisnya, itu sudah termasuk bisexual.

Bila ada orang yang berkata “aku jatuh cinta pada orangnya, bukan jenis kelaminnya” maka frasa ini sangat pas pada Bisexual, karena mereka bisa mencintai semua jenis kelamin dan bahagia mendapatkan apapun yg ada di dalam celana pasangannya. 🙂  Jadi bila ada orang yang hari ini berpasangan dengan lelaki, tahun depan dengan perempuan dan beberapa tahun kemudian dengan lelaki, itu lumrah saja bagi bisexual.  Dia bukan tamak atau pengkhianat selama dia hanya memiliki 1 pasangan dalam satu masa.  Professor Stevi Jackson, peneliti dan kepala Departemen bidang kewanitaan di Universitas York, UK, mengatakan sexuality is fluid – seksualitas itu cair, dia mengalir pada pribadi yang dia sukai dan merasa nyaman.  Teori ini pun paling pas kepada kelompok bisexual dan pansexual.  Karena memang sex itu masalah kenyamanan.

Masalah sering timbul takkala seseorang yang sebelumnya merasa straight trus tiba-tiba menyukai orang yang berjenis kelamin sama dengannya.  Kemudian dia demikian menggebu-gebu mencintai orang tersebut dan dengan yakin mengatakan dia lesbian/gay.  Tapi ternyata, beberapa tahun kemudian dia putus dengan pacarnya yang sejenis dan menaruh hati dengan lawan jenisnya.  Disini pasti terjadi kegamangan yang luar biasa.  Persis seperti yang dialami Bybyq di atas.  Bila homophobic melihat hal ini maka mereka akan mengatakan bahwa homosexual itu memang tidak sehat, makanya dia kembali jadi heterosex.  Bila kaum agamawan melihat hal tersebut maka mereka akan mengatakan orang itu telah kembali ke jalan yang benar.  Padahal tidak ada dari kedua itu yang benar, karena orang tersebut adalah bisexual. 🙂

Aku pernah lihat video coming out seorang remaja di youtube.  Dengan lantangnya dia berkata bahwa dia lesbian dan jijik dengan penis.  Tapi beberapa tahun kemudian dia putus dengan pacar perempuannya dan pacaran dengan pria.  Aku yakin pasti saat coming out itu dia belum menguji sexualnya dan langsung memberi label lesbian.  Demikian juga sebaliknya, ada yang awalnya mengaku bisexual, semacam memberi harapan pada keluarganya bahwa dia masih punya kesempatan berpasangan dengan lawan jenis.  Tapi semakin tua dia menyadari bahwa dia gay/lesbian.  Banyak pula perempuan yang awalnya heterosexual, menikah, punya anak, di usia tua (diatas 40thn), eh tiba-tiba dia coming out lesbian.  Menurutku masalah orientasi sexual ini memang menarik karena demikian luas spectrumnya dan tidak ada rumus pastinya.

Memang banyak yang beranggapan bahwa bisexual itu greedy (rakus) dan tidak bisa dipercaya.  Ini adalah MITOS.  Sifat orang tidak ditentukan oleh orientasi sexualnya.  Masalah greedy dan tidak setia, di kelompok mana pun ada.  Tidak musti bisexual.  Tidakkah anda pernah mendengar heterosexual selingkuh disana sini?  Atau juga lesbian/gay yang selingkuh disana sini?  Hanya saja karena bisexual dapat jatuh cinta pada pria dan juga wanita, bukan berarti mereka rakus.  Semua orang – apapun orientasi sexualnya – punya standar terhadap pasangan yang diinginkannya.  Hormon birahi itu tidak klik pada semua orang.  Seorang bisexual tidak otomatis jatuh cinta pada semua lelaki dan semua perempuan.  Sama persis dengan heterosexual yang tidak jatuh cinta pada semua lawan jenisnya, lesbian yang juga tidak jatuh cinta pada semua wanita, dan gay yang tidak jatuh cinta pada semua pria.  Jadi bila ada yang mengatakan bisexual itu greedy dan tidak bisa dipercaya, dia sangat dangkal.  Proses jatuh cinta tidak semudah itu.  Kenyataannya memang banyak lesbian yang tidak suka terhadap perempuan bisexual.  Mungkin karena merasa potensi saingannya lebih banyak (lelaki & perempuan) 🙂

Terhadap pandangan mantan pacar Bybyq yang menganggap dia mengkhianati teman-teman lesbiannya karena dia menikah dengan pria, aku dapat memahami pemikirannya.  Seperti yang kusebut diawal tadi, banyak yang menganggap orientasi sexual itu seperti agama, dan bila ada yang keluar dianggap seperti “mengkhianati” kelompok.  Ini karena ketakutannya saja.  takut bila nanti dia tidak punya teman lesbian.  Padahal trend di barat, jumlah lesbian yang berani coming out melonjak tinggi, bahkan dikalangan remaja.

Hanya karena di luar sana ada homophobic, bukan berarti semua heterosexual itu homophobic.  Solider terhadap kelompok itu baik, tapi jangan berlebihan hingga kita menjadi orang penuh curiga terhadap orang yang belum tentu jahat pada kita.  Pergerakan minta pengakuan bisa menjadi antithesis bila kita selalu berlaku sebagai korban (playing victim).  Jadi bila ada teman yang sebelumnya mengaku lesbian (padahal dia belum yakin), kemudian tiba-tiba pacaran dengan pria, jangan langsung dihakimi bahwa pernikahan itu hanya tameng. Mana tahu dia memang sangat mencintai pria itu.  Memang banyak lesbian yang menikah dengan pria demi keluarga, tapi ada juga yang menikah dengan pria karena dia jatuh cinta, dan baru menyadari bahwa dia bukan lesbian, tetapi bisexual.

Buat Bybyq: Selamat menempuh hidup baru, teman! (walau kita tidak saling mengenal) Doaku, semoga kamu dan calon suamimu berbahgia selamanya. 🙂

Jakarta, June 16, 2013

Mery DT ( @zevanya )

About Mery DT

Since January 2018 I can't manage this blog because Ministry of Communication and Informatics of Republic Indonesia has banned this blog. I am using Three Network as internet connection provider, and it doesn't allow me to visit my sites. I knew, it must be related with my content of blog, especially advocation for sexual orientation. F*ck Indonesian free speech or free writing or free of thoughts. I only can open this blog until my stat page. I see several visitor from Indonesia in my stat. So I have to find out what provider that they use so I can continue to manage this site.
This entry was posted in LGBT and tagged , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

29 Responses to Pergulatan Batin Seorang Bisexual

  1. Sinyo says:

    Tuh kaaaan kaaaaan, kada salah aku kalo komen Mery di kebon ijo bisa dikembangkan dan malah lebih gelitikin. Seperti kata Mery, komunitas lesbian (dlm hal ini) itu sprti sebuah agama. Jadi kalo salah satu anggota/teman menjadi straight dgn menikah dianggap murtad.
    Sebenarnya, jika teman lesbian sprti merasa dikhianati karena byq menikah itu bukan karena mereka mrasa dikhianati, tapi lebih pada kekhawatiran. Berani ga mereka sejujur bybyq ttg orientasi seksualnya (sebelumnya) kepada keluarga dan bahkan ke calon suaminya?

    Like

    • Mery DT says:

      Betul, khawatir karena dia merasa ditinggalkan. Padahal sebenarnya tidak ada yang meninggalkannya. Semoga semakin banyak teman-teman LGBT lebih kuat dan tidak terpengaruh tekanan dari luar dirinya. Upgrade knowladge tentang orientasi sexual itu penting supaya lebih memahami semua dinamika hidup manusia 🙂 *sok pintar ah gw…*

      Liked by 1 person

      • bybyq says:

        Ih saya sih setuju banget bahwa upgrade knowledge itu penting banget. Dengan bekal pengetahuan, tidak hanya membuat kita sendiri menjadi lebih peka sosial, juga mampu membukakan mata bagi orang lain yang belum tahu. Contohnya dengan menulis blog macam kamu ini 😀

        Like

        • Mery DT says:

          Thank, Bybyq. Tujuanku menulis topik2 orientasi sexual di blog ini memang untuk share buat semua orang. Krn ku amati, yang homosexual & Bisexual juga banyak yang tidak paham sehingga menjadi galau dan depresi karena merasa dirinya berbeda. Yang heterosex juga supaya bisa menerima dan menghilangkan pandangan negatif dan homophobic. Hidup saling menghargai itu adalah hidup yang paling indah. 🙂

          Like

  2. bybyq says:

    Terima kasih Merry ^__^
    Dukungannya sangat berarti sekali bukan cuma untuk saya tapi juga untuk semua yang masih takut dan ragu supaya lebih berani jujur setidaknya kepada diri sendiri dulu 🙂 BTW, minta ijin untuk nge link blog nya ke tempatku yah, supaya aku lebih gampang ikutin updatenya ^__

    Like

    • Mery DT says:

      Thanks sudah put comment di artikel ini, Byq… Silakan, dengan senang hati bila hendak link-ing ini ke blog kamu. Dengan demikian lebih banyak yang di share. 🙂

      Like

  3. Octo Uwanto says:

    Artikel yang bagus kakak, saya sangat suka dan memberi saya wawasan pemikiran yang lebih terbuka terhadap orientasi seksual saya dan teman2 saya 🙂 Join di Blog baru saya ya kakak

    perokontera.blogspot.com

    saya masih newbie di bloging, mohon bimbingannya

    Like

  4. Pingback: Maafkan, Aku Sungguh Mencintainya! | Apaja means whatever

  5. edaelian says:

    thank you untuk tulisannya. membuka wawasan dan stay positif.
    Saya memiliki teman yg pacarnya juga seorang bisex dan udah berjalan 4th. sampe sekarang masih mengalami pergolakan batin apakah kelak benar benar bisa berubah total ataukah hanya kedok. Mereka saling mencintai dan sudah ke arah lebih serius. Si perempuan pun mau membantu prianya untuk berubah. tapi di sisi lain, perempuan setiap hari harus meyakinkan dirinya sendiri juga akan hubungannya tersebut. mungkin mba Merry bisa memberikan masukan dan saran yang bisa membuat perempuan jauh lebih untuk yakin melanjutkan atau meninggalkan hubungannya tersebut karena melihat prianya mau jujur akan keadaan sebenarnya saja itu sudah hal yang luar biaasa bagi si perempuan 🙂

    Like

  6. Pingback: Mempunyai Pasangan Bisexual, Dilanjutkan atau Ditinggalkan? | Apaja

  7. Gen says:

    Saya B…. tapi drpada ntr malah pusing mendingan jadi jomblo aja. Pacaran ama PC

    Like

  8. ANONIM says:

    saya juga lesbian,tapi bukan biseks,terus terang saya lebih sayang sama teman-teman cewek yang lesbian sejati dari pada teman cewek yang biseks,karena kalau cewek biseks mereka nggak ada dilema masalah soal keturunan nanti,karena mereka bisa punya anak dari pernikahannya dengan laki-laki,sedangkan teman-teman cewek lesbian sejati kayak saya ini punya dilema banget soal keturunan,mau menikah tapi betul-betul nggak suka,nggak tertarik sama cowok secara seks,nggak menikah tapi bagaimana dengan keturunan nanti,bagaimana dengan masa depan atau tua nanti kalau nggak ada anak,makanya dengan semua teman-teman lesbian sejati kayak saya,saya betul-betul cinta,sayang banget dengan kalian semua

    Like

  9. woredirs says:

    Artikelnya sangat amat bermanfaat, menarik dan membantu
    Pikiran saya jd lebih luas lagi
    Saya kira hanya ada heteroseksual sama LGBT di dunia ini, ternyata saya salah
    Masih banyak jenis orientasi seksual lainnya
    Dan saya pun masih bingung masuk dimana, mungkin Bi, entahlah yg jelas terima kasih atas penjelasannya 😀

    Like

  10. izzulsblog says:

    saya butuh e-mail penulis harap sapa saya by e – mail. thx

    Like

  11. Lvra says:

    Lagi nyari tau tentang B ini. Kebetulan temenku sering nanya kalo aku pernah ga suka sama cowok karna aku ga pernah pacaran sampe skrg. Yeah, aku pernah suka kok.
    Terus skrg aku suka sama temen cewek di kelasku. Kupikir cuma sebatas suka sbg teman. Tapi kok makin hari makin suka ya? Pdhl udah setaun lebih sekelas tapi rasa ini baru muncul. Dan rasanya lebih dari rasa suka ke cowok. Palagi kalo ntu cewek senyum & tertawa, duhh ni hati senengnya pake banget :< Aku juga masih suka sama tu cowok. Aduhh ribet bener -_-
    Dulu pernah bincang2 sama teman dekat, kalo dia benci sama gay dan sejenisnya. Semoga aku bukan biseksual ya Kak, aku pengen jadi normal 😥
    Thanks Kak artikelnya mantap. Sorry Kak kepanjangan xD

    Like

    • Mery DT says:

      Hi Lvra, terima kasih sudah mampir dan kasi komen.
      Sepertinya kamu masih SMA ya? Itu adalah usia bertanya-tanya ttg orientasi seksual (questioning). Rasa suka itu luas pengertiannya. Suka krn kagum, hormat, atau ingin memiliki. Kamu masih muda, jalani saja dulu. Bisa jadi memang kamu hanya suka sebagai teman saja sama cewek itu. Tapi kalaupun nanti berkembang kamu beneran jatuh cinta padanya aku harap kamu bisa menerima dirimu apa adanya. Karena org yg tdk bisa menerima orientasi seksualnya itu yg bisa membuat depresi. Intinya, berdamailah dahulu dgn dirimu.
      Kemudian kalau memang kamu sangat-sangat cinta pada cewek itu, jgn sembarangan mengungkapkannya spy seandainya dia tdk suka sama kamu, dia tidak menjadi ketakutan terhadapmu. Kalaupun dia hanya cinta pertama yg tdk bersambut, tidak apa-apa. Kamu masih bisa menemukan cinta lain pada org lain pada kemudian hari.
      ingat satu pesanku; terima apapun orientasi seksualmu dan berdamai dengan dirimu. Kamu diciptakan Tuhan sempurna.

      Salam, Mery.

      Like

  12. me says:

    Hi.. im married with a kid but separated..saya berkenalan sama lesbian dan dy sgt menarik bgt, mungkin krn sesama wanita jd lbh tender dan perhatian dan bs saling mengerti.. akhirnya jd dket dan intim.. skrg ini dy jd jauh lbh menarik bahkan secara seksual buat saya krn kita sdh melakukan hal yg lbh intim.. apa saya termasuk biseks? Karena saya jg dket sama laki2 lain..okey im not greedy, i love them both.. atau ini hny ketertarikan sesama jenis sementara?

    Like

    • Mery DT says:

      Hi there,
      Sepertinya kamu memang biseksual. Its a OK.
      Tentang apakah itu sementara atau tidak, kamu sendiri yang bisa merasakannya dan menjawabnya kelak. Tak usah terlalu dipikirkan tentang lebel. As long as you are happy.
      Hanya saja bila aku bisa memberi saran, jangan berselingkuh bila sudah berkomitmen dengan seseorang lelaki atau perempuan. Karena bukan masalah jenis kelaminnya, tapi karena human being punya hati yang tidak ingin disakiti.
      am happy for you happiness, ma friend! 🙂

      Like

  13. deka says:

    menurut anda gimana jika kita G/L, di usia 30 dituntut untuk menikah?
    apakah sebaiknya mengaku tentang orientasi sex? atau fake married?
    yang G cari L, yang L cari G.

    butuh saran

    Like

    • Mery DT says:

      Hi Deka,
      Terima kasih sudah mampir.
      Masalah seperti yang kamu kamu katakan itu sangat banyak di lingkungan kita yang tidak toleran terhadap G/L.
      Yang aku amati, biasanya mereka tidak mengakui orientasi seksualnya pada pasangan karena pasangan akan;
      1. Menerima dan berusaha merubah pasangannya menjadi straight. Ini yang sangat sering terjadi.
      2. Menolak dan bubar jalan. Ini resikonya pasangan akan mengumbar hal tersebut sebagai alasan mengapa tidak jadi menikah.

      IMO, kamu pelajari saja siapa pasanganmu. Akankah menerima apa adanya, atau dia terlalu menuntut atau cuek. Kamu yang bisa memutuskan apa yang harus dilakuakan.
      Semua pasti ada resikonya. Bagi kamu dan dia. Kamu memaksakan diri dan mungkin dia merasa kecewa.

      Memang ada satu salusi, menikahi lawan jenis yang sama-sama gay. Ini persis seperti yg ada di novelku Mariage Blanc.

      Demikian sedikit penjelasanku.

      Regards,
      Mery DT

      Like

  14. Mimy says:

    Saya dulu 2010 punya bf yang sangat saya sayang tapi walaupun saya sayang saya masi rasa bosan dan selalu menduakan dea. Apabila saya lihat lelaki handsome saya mesti tertarik tetapi bila suda saya bercinta sama lelaki lain lagi saya bosan then saya bawa break. Totally saya cuma sayang bf saya. Tapi bila bf saya mau ajak kiss ataupun hubungan seks saya menolak kerana saya rasa saya tidak selesa mahupun dengan lelaki lain. Start 2012 saya telah bertemu dengan seorang perempuan nama dea Baly, seorang homoseksual. Saya lagi selesa tidor dan jumpa dea anytime mungkin disebabkan dea perempuan dan lama kelamaan saya dengan dea juga melakukan hubungan intim dan kenapa saya lebih suka dan selasa kalau sama dea sampai sekarang kadang saya juga suka scandlekan baly dengan perempuan lain tapi saya memilih, saya cuma mau yang homoseksual saja. Totally saya cuma sayang baly dan saya cuma buat hubungan intim dengan bali dengan yang lain perempuan saya belum pernah lagi. Baly is my first kiss dan sebelum ni saya tak perna buat intim atau kiss sama sesiapa lagi. Sejujurnya Soalan saya, saya ni kategori mana 🙁 kenapa keadaan saya begini 😌

    Like

    • Mery DT says:

      Hi Mimy,

      Berdasarkan bahasa tulisan kamu, aku tebak kalau kamu dari Malaysia. Aku harus baca 2x email kamu supaya paham maksudnya 🙂 But it’s OK thoo…
      Kalau dari cerita kamu, kemungkinan kamu di skala 4 atau 5 bila di skala Kinsey. Yaitu Biseksual yang kecenderungannya lebih suka pada yang sejenis. Terhadap lawan jenis, masih bisa suka walau sedikit.
      Kenapa kamu bisa seperti itu, bisa karena banyak hal, misalnya genetika, psikologi, pengalaman seksual dan lain-lain. Pengalaman seksual maksudnya bahwa saat pertama kali berhubungan seksual, dilakukan dengan yang sejenis, dan pengalaman ini membekas dan memberi kenyamanan. Tapi kamu sepertinya pengalaman pertama malah dengan lawan jenis dan merasa tidak suka. Kemungkinan secara genetis kamu adalah bisexual yang cenderung ke homoseksual.
      Tidak apa, asal kamu bisa menerima dirimu apa adanya, kamu akan fine aja.

      Have a nice day!

      Like

  15. Rio says:

    Saya biseks pria, hubungan dengan wanita serius dan benar2 sayang, saya pun tidak pernah selingkuh selama hubungan. Sedangkan dengan pria, saya hanya mencari kenikmatan sesaat, karena dari kecil saya di besarkan oleh kekerasan tanpa kasih sayang, keluarga saya hancur, jarang bertemu orang tua karena mereka kerja pagi jam 7 dan pulang jam 7 malam, kalaupun saya ketemu, tidak ada kata sayang atau bertanya sudah makan atau belum, yang ada saya selalu dimarahi dan tidak hanya dari omongan saja, tapi dengan tamparan dan bantingan, bahkan sering saya tidur di lantai kamar mandi yang lembab dan kotor karena di kurung semalaman.
    Saat SD saya anak pintar dan selalu ranking 10 besar, namun saat nilai saya hanya dapat 6, saya dipukuli, selanjutnya nilai saya semakin hancur dan menjadi ranking terakhir di kelas. Saat kecil saya sering menangis saat melihat teman di sekolah dipeluk oleh ayahnya, bercanda bareng, terlihat sangat bahagia. Beberapa kali saya mencoba bunuh diri tapi tidak berhasil, mencoba melupakan semuanya dengan mabuk mabukan, narkoba, dll.

    Jadi seiring berjalannya waktu saya jadi menyukai pria dewasa, apalagi kalau lihat yang sifatnya sopan kebapakan, karena saya tidak pernah merasakannya dari ayah saya, dan saya penasaran ingin merasakannya, walau dari orang lain. Namun biasanya pria dewasa (bapak-bapak) hanya ingin seks doang, saya pun menerimanya agar dapat dipeluk dan dapat mengobrol.

    Kalau saya lihat di sekitar saya, yang biseks, gay, lesbi, biasanya punya masa lalu kelam, apalagi saat kanak kanak yang seharusnya diisi dengan hal2 positif dan membahagiakan.

    Saat ini saya sudah umur 30th, dan orangtua saya sendiri sudah meminta maaf karena cara mendidik saya yang salah. Tapi semua sudah terlambat, saya sendiri sudah merasakan kenikmatan dengan pria dewasa.

    Tapi sebenarnya kalau ketagihan sih tidak, dan bisa berhenti total, contoh 5 tahun ini saya berpacaran dengan wanita, dan saya tidak selingkuh dengan pria atau wanita sama sekali.

    Like

Leave a comment